Dalam
perkembangan teknologi dewasa ini ,telah memberikan dampak begitu luar
biasanya dalam sektor kehidupan. Baik
langsung ataupun tidak langsung,kita seolah tidak bisa menghindari terpaan dari teknologi ataupun
arus inormasi yang begitu cepat. Selain
itu perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan ataupun riset juga
membentuk wajah baru dari pengembangan teori-teori ataupun ilmu itu sendiri.
Bidang kajian ilmu komunikasi juga telah bergerak pada pengembangan teori dari tingkatan komunikasi itu sendiri,baik
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan
komunikasi massa. Selain itu juga bidang komunikasi seperti jurnalistik, public
relations, komunikasi pemasaran,periklanan ataupun bidang broadcating.
Pada hakikatnya semua itu bukan suatu
komponen yang terpisah seutuhnya,namun masih ada kaitan antara satu dengan yang
lainnya hanya saja kita akan melihat suatu riset itu menggunakan presfektif apakah
tergantung perisetnya. Apakah periset akan menggunakan sudut pandang sebagai
public relations atau dari sudut komunikasi massa. Itulah yang membuat seolah –
olah bidang kajian riset komunikasi nampak tumpang tindih. Lantas timbul
pertanyaan,apakah teori uses and gratifications, agenda setting , analisis isi,
dan ekologi media yang dimana semuanya lebih pada arah komunikasi massa dalam
praktik risetnya juga tidak bisa digunakan dalam kajian public relations tau
bidang lainnya dalam lingkup ilmu komunikasi?
Pertama,
mari kita pahami pengertian dasar terkait teori-teori tersebut bagaimanakah
asumsi-asumsi dasar dalam teori tersebut dan apakah teori tersebut hanya bisa
dijadikan dasar dari penelitian bidang komnikasi massa. Berikut ini beberapa
teori yang digunakan dalam riset kuantitatif komunikasi :
1.
Model
Uses and Gratifications
Teori
uses and gratiications sendiri membahas bagaimana khalayak menggunakan atau
mengonsumsi suatu media untuk memunuhi kepuasan baik dalam segi hiburan ataupun
informasi. Dalam Kriyantono(2012:208) dijelaskan bahwa “riset uses and
gratiications berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media
massa)tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak’’.Disini khalayak tergerak
berdasarkan motif atau dorongan untuk memenuhi kepuasan dirinya. Meskipun begitu, model atau teori ini tidak
hanya digunakan dari sudut riset komunikasi massa namun juga bisa digunakan
riset public relations misalnya terkait moti dan kepuasan karyawan perusahaan
terhadap buletin yang di terbitkan perusahaan tersebut(Kriyantono,2006). Jadi meskipun teori atau model ini lebih
mengarah pada komunikasi massa karena memang keterkaitannya dengan media massa
namun ini jga bisa digunakan dalam konteks riset public relations jadi teori
ini tidak mutlak hanya bisa digunakan oleh bidang komunikasi massa saja.
2.
Model
Agenda Setting
Teori
agenda setting sendiri adalah teori yang menyatakan bahwa media mampu
mempengaruhi opini khalayak dengan menempatkan suatu berita yang dianggap
penting oleh media kemudian ditayangkan secara berulang – ulang atau dengan
durasi yang lebih banyak sehingga khalayak melihatnya itu sebagai hal yang sama
pentingnya. Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori Peluru yang
mengganggap media mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak. Bedanya, teori
peluru memfokuskan pada sikap (afektif),pendapat atau bukan
perilaku(Kriyantono,2012).Dimana riset model Agenda Setting ini mengkaji 3 hal
yaitu tentang agenda media itu sendiri, agenda publik, dan agenda kebijakan. Mengukur
seberapa jauh agenda setting media mampu mempengaruhi setiap individu bahkan
kebijakan yang ada. Teori atau model ini lebih banyak mengarah pada riset
komunikasi massa dan bagi penulis salah satu contoh fenomena yang bisa di
teliti menggunakan model ini antara lain ketika pilpres kemarin bagaimana
penonjolan sosok capres di beberapa media mampu mempengaruhi keputusan memilih
capres. Atau bisa juga agenda media terkait iklan yang ditampilkan di TV
terhadap keputusan pembelian produk itu atau seberapa penting,dll.
3.
Model
Analisis Isi
Analisi
isi adalah suat metode riset dan analisis komunikasi yang dilakukan secara
sistematik,objekti dan kantitatif dalam pengukuran sejumlah
variabel.Kerlinger(1973:221). Bagaimana kita mengalisi isi atau konten dari
sebuah pesan yang disampaikan kepada khalayak. Biasanya model ini digunakan
dalam riset kuantitati dalam menganalisis bagaimana sebuah opini khalayak
terhadap isi media yang ada. Ranah dari riset model Analisi Isi ini digunakan
tidak hanya dalam bidang komunikasi
massa saja namun juga beberapa bidang lain, contohnya public relations misalnya
bagaimana isi sebuah pesan yang disampaikan ke khalayak mampu mempengaruhi
opini khalayak kepada citra perusahaan misalnya.dijelaskan dalam
(Kriyantono,2012: 232) menurut Budd (1967) prinsip analisis isi meliputi :
1. Prinsip
sistematik
Ada
perlakuan prosedur yang sama pada seua isi yang dianalisis. Periset tidak
dibenarkan menganalisis hanyapada isi yang sesuai dengan perhatian dan
minatnya,tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditentapkan untuk
direset.
2. Prinsip
objektif
Hasil
analisis tergantng pada prosedr riset bukan pada orang – orangnya. Kategori
yang sama bila digunakan untuk isi yang
sama dengan prosedur yang sama,maka hasilnya hars sama, walaupun risetnya
berbeda.
3. Prinsip
kuantitatif
Mencatat
nilai – nilai bilangan atau frekuensi ntuk melukiskan berbagai jenis isi yang
didefinisikan. Diartikan jga sebgai prinsip digunakannya metode deduktif
4. Prinsip
isi yang nyata
Yang
diriset dan dianalisi adalah isi yang tersurat(tampak) bukan makna yang dirasa
periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjkkan adanya sesuatu yang
tersembunyi,halitu sah – sah saja .namun semuanya bermula dari analiais
terhadap isi yang nampak.
Sebagian
besar penggnaan Analisi isi ini memberikan manfaat salah satunya adalah kita
bisa membuat perbandingan atau deskripsi terdahap isi media satu dengan media
yang lainnya atau membandingkan bagaimana realitas yang ada dengan isi media
tersebut,mengetahui fungsi dan efek media. McQuail(2000) dalam (Kriyantono,2012:233)
. namun pada praktiknya model ini tidak hanya dignakan dalambidang kajian
komunikasi massa namun juga pada Public Relations artinya tidak mutlak hanya
pada kajian komunikasi massa tergantung prespektif periset.
4.
Model
Ekologi Media
Teori ini semata
– mata hanya digunakan dalam riset komunikasi dalam bidang kajian komunikasi
massa saja , namn juga bisa diguanakan dalam Public Relations dimana asumsi
dasar dari teori ini adalah bagaimana medium membentuk pesan bukan sebaliknya
atau medim adalah pesan itu sendiri. Prespektif teori ini bukan pesan yang
mempengaruhi kesadaran kita namun medium itu sendirilah. Mediumlah yang lebih
besar membentuk kesadaran atau pesan itu sendiri. Namun pada perkembangannya saat
ini kajian riset komunikasi kuantitatif bagaimana media dilihat sebgai individu
atau makhluk hisup yang juga membutuhkan sarananya untuk hidup dalam
habitatnya.sedangkan aplikasinya dalam riset komunikasi lebih kepada kompetisi
antar media massa, baik cetak maupun elektronik. Teori atau model ini juga
tidak hanya digunakan lingkup kajian komunikasi massa namun juga pada Public
Relations, bagaimana PR bersaing dalam program –programnya dan mampu digunakan
ntuk mengontrol atau monitoring lingkungan eksternal ( Kriyantono, 2012:276)
Jadi pada
intinya tidak semua teori ataupn model hanya bisa diaplikasikan untuk riset
kajian bidang tertentu dalam komunikasi namn juga bisa digunakan dalam bidang
yang lainnya misalnya tidak hanya dari sudut pandang komunikasi massa namun
juga komunikasi pemasaran,public relations dsb. Sejatinya semua itu memiliki
akar yang sama namun segalanya tergantung pada periset mau mengguanakan sdut
pandang yang mana itu saja.
Daftar pustaka
Kriyantono,Rachmat.(2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi(edisi
keenam).Jakarta:Kencana Prenada Group
Syamsyudin,M.A.(2013). Metode Riset Kuantitatif
Komunikasi(edisi kesatu).Yogyakarta:Pustaka Pelajar